Senin, 29 Oktober 2012

7th Islamic Daily Habits, 2

The Seven Islamic Daily Habits Dalam Surat Al-Fatihah (5) Berorientasi Akhirat Allah Swt

Berorientasi Akhirat
Allah SWT berfirman:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّين
“Dia adalah Penguasa di Hari Pembalasan” (Al-Fatihah:4)
Adapun kebiasaan baik islami keempat  yang diajarkan Allah dlm surat Al-Fatihah adalah dgn selalu menjadikan hidup di dunia ini  beroreintasi pada akhirat; yaitu dgn menjadikannya sebagai sarana untuk  memperbanyak bekal menuju kehidupan abadi di akhirat, selalu beraktivitas & beramal utk kebahagiaan hidup abadi di akhirat kelak, tanpa melupakan akan kehidupan & kenikmatannya di dunia.

Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, & janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi & berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, & janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qashash:77)

Marilah sejenak kita perhatikan apa yang ada di sekeliling kita; lihatlah pakaian kita, pandanglah rumah kita, renungkanlah makanan yang ada di sekitar kita, perhatikanlah kendaraan yang kita miliki & lain-lainnya.. ternyata semuanya semakin lama semakin tua.. ada yang lusuh, ada yang luntur warnanya, ada yang sudah basi & bau aromanya, & ada yang jalannya sudah tak baik lagi bahkan jika dipaksakan bisa merepotkan & menyusahkan karena sering mogok di jalan.. & mari tatap diri kita masing-masing.. dulu kita merasa adalah orang yang paling kuat, paling gagah, paling ganteng, paling cantik, paling pandai & sanjungan-sanjungan lainnya…!!! tapi ternyata sekarang… ternyata semua itu adalah nisbi, semuanya adalah fana… tak kekal & tak abadi.. hanya sementara.. & pada akhirnya kita semua akan pergi & berlalu utk menghadap sang Khaliq utk kemudian akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita perbuat di dunia ini.

Umur rata-rata manusia setelah Nabi Muhammad saw adalah 60 sampai 70 tahun, & ternyata itu semua adalah singkat, tak semua orang dapat mencapai usia sepanjang itu….

“Suatu hari Rasulullah saw membuat kotak persegi empat, & beliau membuat satu garis di tengah kotak persegi empat tersebut hingga keluar. Beliau juga membuat garis-garis kecil menuju arah garis yang di tengah dari dua sudut yang ada di tengah. Lalu beliau bersabda: “Garis di tengah kotak itu adalah manusia. Sedangkan kotak persegi itu adalah yang ajal yang selalu mengepungnya. Sedangkan garis yang keluar adalah angan-angannya. Sedangkan garis kecil itu adalah segala macam rintangan yang menghadang manusia. Jika dia selamat dari satu penghalang, dia akan diintai oleh penghalang yang lain”. (Bukhari).

Karena itu hendaklah setiap kita, menjadikan amal perbuatan, aktivitas, pikiran, lintasan & niatan selalu berorientasi pada akhirat, sehingga dgn itu semua maka kita akan mendapatkan dua kebahagiaan; yaitu bahagia di dunia & bahagia di akhirat.. bahkan sampai ketika meminta nikmat sekalipun hendaknya kita meminta tak hanya berorientasi pada bahagia di dunia saja tapi juga berorientasi pada bahagia di akhirat juga.

 Seperti yang Allah sebutkan dlm surat Al-Baqarah ayat 200-201:
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ . وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia”, & Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia & kebaikan di akhirat & peliharalah Kami dari siksa neraka”

Orientasi Akhirat: Berfikir tentang hakikat hidup & perjalanan hidup setelahnya
• Hidup di dunia ini adalah terbatas (empat hal yang akan menjadi fokus pertanggungjawaban: tentang usia, masa muda, harta & ilmu)
• Setelah hidup akan ada kematian (husnul khatimah atau su’ul khatimah)
• Akan ada kehidupan alam kubur utk menanti hari pembalasan (Jangan sampai jadi orang yang bangkrut, hari pengadilan sangat menegangkan, kenikmatan surga sangatlah menakjubkan, siksa neraka sangatlah mengerikan)
• Akan ada setelah hari perhitungan balasan yang kekal; hidup kekal di surga dgn penuh kenikmatan & hidup kekal di neraka dgn penuh kesengsaraan.

Orientasi Akhirat: Berfikir maju & berorientasi masa depan
Dengan memantapkan doktrin maliki yaumiddin dlm sanubari, kita akan berfikir maju & berorientasi masa depan. Kita tak menjadi manusia picik, kerdil & pragmatis.
Dengan prinsip ada kehidupan abadi setelah kehidupan fana ini, kita akan lebih hati-hati utk melangkah.. berfikir lebih panjang sebelum berbuat.  Dan mereka yang berorientasi masa depan disebut Rasulullah saw sebagai orang yang cerdas. Sebaliknya yang pragmatis & tak sanggup melawan hawa nafsunya disebut sebagai orang yang lemah akal.
Rasulullah saw bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang cerdas adalah yang mampu menundukkan hawa nafsunya & berbuat utk kebaikan setelah kematian, & orang yang lemah adalah yang hanya mengikuti hawa nafsunya & berharap kasih sayang Allah” (Tirmidzi)
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah & hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya utk hari esok (akhirat); & bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (Al-Hasyr: 18-19)
Orientasi Akhirat: apakah perbuatan kita mendukung utk kehidupan akhirat?
Orang yang mendawamkan diri membaca maliki yaumiddin akan muncul dari dlm dirinya pertanyaan di atas. Maliki yaumiddin seolah-olah menjadi filter yang membuatnya harus berfikir sejenak sebelum melangkah.
Pertanyaan ini sangat penting utk menyelamatkan kita dari jeratan dosa, terutama saat kita melakukan pekerjaan yang dari hati terdalam kita sebenarnya menolaknya. Atau mungkin terlintas dlm benak & pikiran kita akan melakukan perbuatan jahat, maka kita sadar bahwa hal tersebut akan ada pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Adapun jika perbuatan itu adalah baik maka kita akan bergegas & bersegera melakukannya, karena kita sadar bahwa hal tersebut akan berakibat baik & positif bagi kita di akhirat kelak.
Allah SWT Berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, & janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi & berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, & janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qashash:77)

Orientasi Akhirat: mewaspadai Dosa
Memang tak ada manusia yang tak berdosa. Tetapi kita tak boleh menjadikan kenyataan ini utk menyerah & selalu melakukan dosa. Tugas kita adalah berupaya berbuat yang terbaik & kalau terjadi kesalahan, kekeliruan & kekurangan pada saat melakukannya, maka sebagai mukmin yang baik adalah harus segera bertobat.
Di antara perbedaan orang mukmin dgn orang fasik adalah pada sikapnya terhadap dosa. Orang mukmin jika melakukan dosa segera berusaha utk bertobat, karena dia merasa diburu-buru oleh dosa tersebut. Dia selalu berkata di hadapan Allah, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Adam & Hawa saat berbuat salah:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, & jika Engkau tak mengampuni Kami & memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-A’raf:23)
dan juga menyatakan diri, seperti yang diungkapkan oleh nabi Yunus As:
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Bahwa tak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zhalim.”(Al-Anbiya:87)

Sedangkan orang fasik, ketika melakukan dosa berusaha utk mencari-cari alasan utk membenarkan apa yang dilakukannya. Contohnya adalah pembangkangan Iblis. Ketika ditegur oleh Allah, dia mencari-cari alasan kenapa dia tak mau tunduk kepada Adam sebagaimana diperintahkan oleh Allah. Dia mengatakan bahwa dia lebih mulia dari Adam, karena Adam diciptakan dari tanah, sedangkan dia diciptakan dari api.. sebenarnya Iblis tak punya bukti utk mengatakan api lebih mulia daripada tanah, tetapi itulah Iblis, suka mencari-cari alasan utk membenarkan perbuatannya yang salah.

Orientasi akhirat: Mengusir kegelisahan hidup
Orang yang banyak melakukan dosa akan merasakan kegelisahan hidup yang tiada tara. Hidupnya selalu di bayang-bayangi perasaan bersalah. Akibatnya tidur tak pernah pulas, pikiran pun selalu kacau.

Orang yang menumpuk dosa adalah orang yang melawan arus nuraninya. Karena itu pertentangan antara batin & fisiknya itu membuat hidupnya tertekan. Orang yang menumpuk dosa ibarat orang yang menumpuk barang berat di atas pundaknya. Semakin banyak diletakkan di atas pundak semakin berat bebannya & pada suatu saat membuat dia tersiksa & tak mampu melanjutkan perjalanan. Itulah rahasianya kenapa orang yang banyak dosanya tak memiliki semangat sama sekali memenuhi panggilan Allah. Mereka tak mampu shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an & seterusnya.. padahal dari segi energi yang masuk lewat makanan mungkin sama dgn orang lain. Karena itu.. orang yang berdosa tak pernah merasakan kedamaian hati.

Jiwa kita baru akan merasa puas jika menyerahkan diri kita sepenuhnya hanya kepada Allah, tak kepada hawa nafsu yang rendah. Kita diciptakan utk menyembah Allah:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman & hati mereka menjadi tenteram dgn mengingat Allah. Ingatlah, hanya dgn mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Ar-Ra’ad:28)
Itulah sebabnya orang-orang yang beriman dgn sebenar-benarnya memiliki kepuasan jiwa. Hal ini terjadi karena menjauhkan diri dari kejahatan, melawan nafsu jiwa, & membaktikan diri hanya kepada Allah semata.
Allah berfirman:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً. فَادْخُلِي فِي عِبَادِي . وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dgn hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dlm jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dlm surga-Ku”. (Al-Fajr:27-30)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar